Sabtu, 12 Januari 2008

I Luv Ma Mom...

Terrrrrrt…terrrrrrtt…terrrrrrrtt…

“Halo, Assalmualaikum…”

“Wa’alaikum salam,,, Yu, gemana kabarmu?”

“Alhamdulillah baik, Ma…Apik, waras, sehat wal afiat”

“Ya syukur klo gitu…Nih, Mama cuma mau ngingetin, di Bandung kan lagi heboh flu burung, kamu harus hati-hati, Yu…Tiap pulang kuliah, cuci tangan dan kakimu pake sabun. Itu cara penangkalan paling aman katanya”

“Iya, Ma…InsyaAllah”

“Terus, kamu juga jangan terlalu capek. Gak usah maksain kal badanmu gak enak”

“Iyaaa…”

“Jangan lupa juga atur makanmu. Jangan nahan-nahan laper! Kalo udah keburu laper, gak usah masak nasi. Beli aja di warung”

“Enggeeeehhhh, Ibuuuu….”

“Kamu juga harus hati-hati…sekarang banyak penjahat, kamu mesti jaga di…”

“Iyaaa Mamaku sayang…Wahyu ngerti koq. Minta doanya aja supaya Wahyu dikasih seha dan selamat sama Allah”

“Itu pasti, Yu…Mama selalu doain kamu”

“Ya udah…tenang aja, Wahyu udah dewasa koq. Oya, gimana kabarnya Bapak, Tia, sama Vian?”

“Alhamdulillah, sehat-sehat semua. Dari tadi Tia disuruh ngomong sama Mama, tapi gak mau, malu katanya. Sama mas-nya aja koq malu”

“Hehe…namanya juga anak kelas dua SD, tar kalo uda kelas empat pasti gatel maen-maen telpon”

“Ya udah ya, Yu…Kalo ada apa-apa, cepet kasih tau Mama. Termasuk kalo kondisi keuanganmu…”

“Iyaa…tenang aja. Alhamdulillah sampe sekarang kondisi keuangan Wahyu masih sehat koq”

“Ya udah…jaga kesehatan ya…Assalamualaikum”

“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh”

Tuuuuutttt…tuuuuutttt…ttuuuuuuttt.

* * *

Ahad pagi. Waktu yang menyenangkan. Pada waktu ini, aku lebih sibuk mengurusi urusan rumah tangga. Aku akan lebih mengurus diri setelah seminggu lelah kuliah, kerja, dan sibuk di organisasi.

“Olah raga, mandi, makan, bres-beres kamar, dan nyuci”.

Itulah agendaku setiap Ahad pagi. Namun, ada satu agenda yang sebenarnya tidak aku rencanakan. Tapi tiap minggu pasti aku lakukan. Aku menunggu-nunggu agenda ini. Jika aku tidak melakukannya satu kali saja, aku bisa uring-uringan.

Ya, bagaimana aku tidak uring-uringan jika setiap minggu bundaku telpon, dan sekali saja dia telpon, perasaanku pasti khawatir. Kangen dengan nasihat-nasihatnya yang membuat aku merasa seperti anak kecil lagi.

Saat ini aku adalah mahasiswa semester tujuh di sebuah institut terkemuka di Bandung. Semua keluargaku tinggal di Jogjakarta. Awalnya kami berdomisili di Bandung, tapi karena desakan ekonomi, kedua orang tua dan adik-adikku hijrah ke Kota Pelajar itu, meninggalkanku meneruskan pendidikan SMA sampai lulus. Aku memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung karena merasa tanggung dengan sekolahku yang tinggal satu tahun lagi. Akhirnya aku dititipkan di temat paman sampai aku bisa mandiri hingga saat ini.

Walaupun awalnya Mama bilang percaya padaku, tapi aku tahu dari raut wajah dan nada suaranya ketika kami berisah, yang menggambarkan kekhawaitran yang besar. Dari ekspresinya itu, tersirat sebuah pesan, “Nak, tabahkan hatimu. Jalani hidup ini dengan tegar. Berserah diri pada Allah. Maafkan Mama yang tidak bisa membahagiakanmu, Nak…Mama akan selalu bersamamu dalam setiap doa-doa Mama”.

Pasti itulah yang dirasakan oeh semua ibu saat meninggalkan darah dagingnya, yang dengan susah payah ia lahirkan, berjuang sendirian dalam menjalani hidup. Sungguh jelas kasih sayang yang ia tampakkan saat itu. Sungguh jelas kesedihan yang ia tunjukkan saat itu. Semuanya membuat hatiku ngilu, perih sekali, dan tanpa terasa air mataku meleleh. Bunda, aku akan membahagiakanmu! Aku akan membuatmu bangga….aku akan membuatmu bangga…Itu janjiku sampai mati!

Akhirnya, tiap Ahad pagi, sekitar jam delapan pagi, ibuku selalu menelponku. Menyampaikan wejangan yang sama. Menyampaikan kekhawatiran yang sama. Menyampaikan kasih sayang yang sama. Itulah yang kutunggu. Aku bahagia saat mendengar suara Ibu yang syahdu dan lemah lembut.

Saat aku goyah dihantam badai kehidupan, nasihat ibuku lah yang memuatku tegar, menegakkan tekad dan siap berlayar kembali dalam samudra kehidupan. Ibuku adalah salah satu sumber kekuatanku dalam menjalani setapak demi setapak jalan hidupku. Ibuku adalah pencerah yang menuntunku menyusun mozaik-mozaik kehidupanku. Ibuku adalah awal dari mimpi-mimpiku.

Yup, di dunia ini, hanya ada tiga orang wanita yang akan mendapatkan mahkota dan singgasana di dalam hatiku. Wanita nomor satu adalah Ibundaku tercinta, nomor dua adalah adik perempuanku, dan yang nomor tiga, baru istriku tersayang. Gak papa kan istriku??? Istriku??? Dimana kamu??? Oh iya…kan belum akad, malahan belum tahu siapa…hehehe, belum saatnya sih…Juz 30 aja belum hafal, yaah, sambil jalan aja ngafalinnya, hahaha…Woooiiii, Ujian dulu…!!!!

Just wanna say: I Love You Mom, More Than Anything Else In The World!!!


Tidak ada komentar: