Senin, 28 Januari 2008

Sahabat Sejati

Nakama...
Sahabat...

Menurutku, sahabat adalah sesuatu yang lebih berharga daripada sekedar prestise. Bisa menjadi seorang sahabat yang baik pun adalah sebuah prestasi luar biasa, karena saat ini sangat jarang ada orang yang bisa menjadi seorang sahabat sejati. Sahabat sesungguhnya.

Sahabat sejati adalah orang yang selalu menemani kita, tidak hanya disaat senang, tapi juga disaat kita susah. Sahabat sejati akan selalu menyemangati kita, menghibur kita, dan mendukung kita. Bagaimana pun keadaannya, walaupun kita berada di titik paling rendah dalam kehidupan kita, seorang sahabat sejati akan selalu berada di sisi kita.

Sahabat sejati adalah orang yang pertama kali membela kita di saat orang lain hendak menyakiti kita. Sahabat sejati rela memasang badannya hanya agar kita tidak disakiti oleh siapa pun, apa pun alasannya.

Sahabat sejati adalah orang yang selalu memercayai kita bagaimana pun pendapat orang tentang kita.

Sahabat sejati adalah orang yang rela mengorbankan kepentingannya demi kita.

Namun, sayang, yang ada saat ini hanyalah orang-orang oportunis, yang menjilat kesana-kemari, mencari keadaan yang menguntungkan dirinya. Dia mungkin mengaku sahabat buat kita, tapi saat kita dihadang masalah, dia lari mengkhianati kita dan tidak mau tahu dengan keadaan kita. Hati-hatilah dengan orang-orang seperti itu.


Carilah sahabat sebanyak-banyaknya,,,
karena sesungguhnya,
satu orang musuh itu terlalu banyak buat kita...
dan seribu orang sahabat masih terlalu sedikit buat kita...

Sabtu, 12 Januari 2008

I Luv Ma Mom...

Terrrrrrt…terrrrrrtt…terrrrrrrtt…

“Halo, Assalmualaikum…”

“Wa’alaikum salam,,, Yu, gemana kabarmu?”

“Alhamdulillah baik, Ma…Apik, waras, sehat wal afiat”

“Ya syukur klo gitu…Nih, Mama cuma mau ngingetin, di Bandung kan lagi heboh flu burung, kamu harus hati-hati, Yu…Tiap pulang kuliah, cuci tangan dan kakimu pake sabun. Itu cara penangkalan paling aman katanya”

“Iya, Ma…InsyaAllah”

“Terus, kamu juga jangan terlalu capek. Gak usah maksain kal badanmu gak enak”

“Iyaaa…”

“Jangan lupa juga atur makanmu. Jangan nahan-nahan laper! Kalo udah keburu laper, gak usah masak nasi. Beli aja di warung”

“Enggeeeehhhh, Ibuuuu….”

“Kamu juga harus hati-hati…sekarang banyak penjahat, kamu mesti jaga di…”

“Iyaaa Mamaku sayang…Wahyu ngerti koq. Minta doanya aja supaya Wahyu dikasih seha dan selamat sama Allah”

“Itu pasti, Yu…Mama selalu doain kamu”

“Ya udah…tenang aja, Wahyu udah dewasa koq. Oya, gimana kabarnya Bapak, Tia, sama Vian?”

“Alhamdulillah, sehat-sehat semua. Dari tadi Tia disuruh ngomong sama Mama, tapi gak mau, malu katanya. Sama mas-nya aja koq malu”

“Hehe…namanya juga anak kelas dua SD, tar kalo uda kelas empat pasti gatel maen-maen telpon”

“Ya udah ya, Yu…Kalo ada apa-apa, cepet kasih tau Mama. Termasuk kalo kondisi keuanganmu…”

“Iyaa…tenang aja. Alhamdulillah sampe sekarang kondisi keuangan Wahyu masih sehat koq”

“Ya udah…jaga kesehatan ya…Assalamualaikum”

“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh”

Tuuuuutttt…tuuuuutttt…ttuuuuuuttt.

* * *

Ahad pagi. Waktu yang menyenangkan. Pada waktu ini, aku lebih sibuk mengurusi urusan rumah tangga. Aku akan lebih mengurus diri setelah seminggu lelah kuliah, kerja, dan sibuk di organisasi.

“Olah raga, mandi, makan, bres-beres kamar, dan nyuci”.

Itulah agendaku setiap Ahad pagi. Namun, ada satu agenda yang sebenarnya tidak aku rencanakan. Tapi tiap minggu pasti aku lakukan. Aku menunggu-nunggu agenda ini. Jika aku tidak melakukannya satu kali saja, aku bisa uring-uringan.

Ya, bagaimana aku tidak uring-uringan jika setiap minggu bundaku telpon, dan sekali saja dia telpon, perasaanku pasti khawatir. Kangen dengan nasihat-nasihatnya yang membuat aku merasa seperti anak kecil lagi.

Saat ini aku adalah mahasiswa semester tujuh di sebuah institut terkemuka di Bandung. Semua keluargaku tinggal di Jogjakarta. Awalnya kami berdomisili di Bandung, tapi karena desakan ekonomi, kedua orang tua dan adik-adikku hijrah ke Kota Pelajar itu, meninggalkanku meneruskan pendidikan SMA sampai lulus. Aku memutuskan untuk tetap tinggal di Bandung karena merasa tanggung dengan sekolahku yang tinggal satu tahun lagi. Akhirnya aku dititipkan di temat paman sampai aku bisa mandiri hingga saat ini.

Walaupun awalnya Mama bilang percaya padaku, tapi aku tahu dari raut wajah dan nada suaranya ketika kami berisah, yang menggambarkan kekhawaitran yang besar. Dari ekspresinya itu, tersirat sebuah pesan, “Nak, tabahkan hatimu. Jalani hidup ini dengan tegar. Berserah diri pada Allah. Maafkan Mama yang tidak bisa membahagiakanmu, Nak…Mama akan selalu bersamamu dalam setiap doa-doa Mama”.

Pasti itulah yang dirasakan oeh semua ibu saat meninggalkan darah dagingnya, yang dengan susah payah ia lahirkan, berjuang sendirian dalam menjalani hidup. Sungguh jelas kasih sayang yang ia tampakkan saat itu. Sungguh jelas kesedihan yang ia tunjukkan saat itu. Semuanya membuat hatiku ngilu, perih sekali, dan tanpa terasa air mataku meleleh. Bunda, aku akan membahagiakanmu! Aku akan membuatmu bangga….aku akan membuatmu bangga…Itu janjiku sampai mati!

Akhirnya, tiap Ahad pagi, sekitar jam delapan pagi, ibuku selalu menelponku. Menyampaikan wejangan yang sama. Menyampaikan kekhawatiran yang sama. Menyampaikan kasih sayang yang sama. Itulah yang kutunggu. Aku bahagia saat mendengar suara Ibu yang syahdu dan lemah lembut.

Saat aku goyah dihantam badai kehidupan, nasihat ibuku lah yang memuatku tegar, menegakkan tekad dan siap berlayar kembali dalam samudra kehidupan. Ibuku adalah salah satu sumber kekuatanku dalam menjalani setapak demi setapak jalan hidupku. Ibuku adalah pencerah yang menuntunku menyusun mozaik-mozaik kehidupanku. Ibuku adalah awal dari mimpi-mimpiku.

Yup, di dunia ini, hanya ada tiga orang wanita yang akan mendapatkan mahkota dan singgasana di dalam hatiku. Wanita nomor satu adalah Ibundaku tercinta, nomor dua adalah adik perempuanku, dan yang nomor tiga, baru istriku tersayang. Gak papa kan istriku??? Istriku??? Dimana kamu??? Oh iya…kan belum akad, malahan belum tahu siapa…hehehe, belum saatnya sih…Juz 30 aja belum hafal, yaah, sambil jalan aja ngafalinnya, hahaha…Woooiiii, Ujian dulu…!!!!

Just wanna say: I Love You Mom, More Than Anything Else In The World!!!


CINTA SUNYI

Kawan, ternyata seperti in rasanya patah hati. Hatiku panas, pikiranku tak jernih, badanku lemas, letih, lesu. Pokoknya, segala hal negative bermuncuan dalam diriku.Aku selalu bertanya-tanya mengapa ini terjadi padaku. Yah, itulah yang dirasakan oleh seseorang yang setengah waras.

Tapi Kawan, yang kurasakan ini bukan patah hati karena putus cinta seperti orang kebanyakan. Bukan patah hati karena ditolak oleh Si Pujaan Hati. Bukan pula patah hati karena dikhianati, bukan sama sekali. Sampai saat ini, rekorku belum pernah ditolak tetap tak terpatahkan. Sebabnya, aku belum pernah sekalipun punya sesuatu yang namanya pacar.

Cinta itu runyam, memusingkan, dan indah. Cintaku bukan seperti cinta orang kebanyakan yang dengan terang-terangan diumbar di depan umum. Cintaku bukan cinta yang membutakan hingga menjadikan seorang pria kampung menjadi terkenal seantero Nusantara karena ingin bunuh diri setelah cintanya ditolak Sang Kekasih. Cintaku adalah cinta sunyi, teselubung, dan sembunyi-sembunyi.

Indah sekali cinta sunyiku itu. Memacu jiwa untuk menjadi bijak bestari. Mendorong pikiran sejernih dan setajam Enstein. Menguatkan fisik untuk terus berbuat baik. Cinta yang penuh inspirasi, tanpa ketergesa-gesaaan, dan tidak membosankan.

Aku menikmati setiap inci kejadian dengan cinta sunyiku itu, walaupun yang terjadi hanya kejadian-kejadian kecil saja. Saat kebetulan beradu-pandang dan bersama-sama segera memalingkan wajah dengan kikuk, saat hanya berpapasan di jalan dan tersenyum, bahkan saat hanya bisa menatapnya dan mengagumi keanggunannya dari jauh. Ah, setiap bunga di hatiku bermekaran. Indah sekali!

Kawan, harap catat. Yang selama ini aku alami dengan cinta sunyiku itu hanya kejadian-kejadian kecil yang bahaan itupun jarang terjadi. Tidak ada kejadian besar. Aku cukup bersyukur dengan cinta seperti ini.Tak ada yang tahu, bahkan cinta sunyiku pun tak tahu.

Aku tak ingin menjalankan cinta hampa yang hanya memuaskan nafsu semata. Sungguh membosankan dan merepotkan. Aku hanya ingin cinta sunyiku tersiarkan oleh suatu ikatan suci, yang menjadikan cinta itu semakin indah.

Tapi apa yang terjadi padaku saat ini, aku patah hati. Ternyata cinta sunyiku akan disunting orang lain seagai pendamping hidupnya. Cinta sunyiku akan selamanya sunyi dan selamanya tak aka nada yang tahu. Cinta sunyiku hanya terukir di sebuah prasati yang berseamayan di dalam hatiku.

Kawan, walaupun cinta sunyiku tidak tersiarkan, aku tetap merasa senang. Walaupun cinta sunyiku tidak kumliki, aku tetap menjadikannya inspirasi dalam setiap langkahku, kejutan yang memperindah kehidupanku, dan perasaan yang memperkaya pengalaman batinku.

Paling tidak aku tahu ternyata cinta sunyiku itu adalah orang yang taat pada ajaran agama. Jadi, kemampuanku untuk memilih orang yang baik tidak dirah=gukan lagi. Aku tidak peduli jika orang lain mencemohku sebagai pengecut yang tidak berani menyatakan cinta. Kawan, bukan itu yang aku cari. Mengungkapkan cinta di saat aku belum siap merepresentasikan cinta adalah suatu kebodohan.

Biarlah cintaku tetap sunyi untuk sementara waktu. Dengan berbagai peristiwa kecil nan indah di dalamnya. Dan suatu saat nanti, biarlah Sang Waktu yang membawaku ke momen saat aku menyiarkan cintaku ke seantero jagat raya.

SANG WAKTU

Tanpa kurasakan, waktu begitu cepat berlari. Melesat-lesat seperti kilatan cahaya. Gusar, tergopoh-gopoh, dan buru-buru. Bagai seekor rusa yang berlari kencang karena akan dijadikan mangsa oleh seekor cheetah. Bagai seorang pencopet yang berlari karena hendak diciduk Si Berwajib. Tanpa menoleh, waktu berlalu dan berlalu seakan-akan ingin meniggalkanku di belakang, terjerembab, dan tak dapat menggapainya.

Ah, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja untuk mengejar Sang Waktu. Walaupun harus terseok-seok, aku tidak akan membiarkan waktu berlalu meninggalkanku. Aku punya mimpi di depan sana. Mimpi yang bisa aku raih, jika dengan kerja keras aku berlalri bersama waktu, sehingga waktu akan membawaku ke mimpi itu.

Maka, tanpa piker panjang, aku pun memulai langkahku untuk mengikuti langkah Sang Waktu. Aku ubah langkahku menjadi berlari jika Sang Waktu pun berlari. Aku pun akan berusaha untuk terbang jika Sang Waktu melesat terbang. Mimpikulah yang menjadi sumber kekuatanku, dan denga kekuatan itu, aku akan menggenggam Sang Waktu agar ia membawaku meraih mimpi itu.

* * *

Telah lama kutinggalkan dunia penuh keluguan dalam seragam putih-merah.

Telah lama kutiggalkan euforia kenakalan dalam seragam putih-biru.

Dan baru saja kutinggalkan indahnya dunia remaja yang penuh gejolak dalam seragam putih abu-abu.

Cinta monyetku, tamparan guruku, celana abu-abuku yang sobek dan hanya ditambal plester di bagian bokongya. Semuanya telah kulewati karena aku mengikuti jalannya Sang Waktu.

Detik demi detik, hari demi hari, dan tahun demi tahun, Sang Waktu semakin membawaku endekati mimpiku. Angin puting beliung, ganasnya topan, dan hujan batu silih berganti menghantamku selama perjalanan bersama Sang Waktu. Goyah, terombang-ambing, bahkan pernah hampir karam.

Namun, mimpiku itu tetap menjadikanku berdiri tegak di tengah badai. Mimpiku tetap menjadi sumber kekuatanku. Kejutan-kejutan yang terjadi selama aku berlari bersama Sang Waktu, menjadi pelajaran bagiku, menjadi bumbu pelezat kehidupanku, dan menjadikan mimpi-mimpiku semakin indah….

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIAH 1429H

Kamis, 10 Januari 2008

Perkenalaaaaannnn....

Assalamualaikum...

Halooo, nama saya Wahyu Agus Susanto
Seorang mahasiswa ITB yang sedang berada di tingkat akhir masa-masa kuliah

Cita-citaku tentu saja masuk surga bersama orang orang yang aku cintai,
Hal-hal duniawinya,
aku ingin jadi Direktur Utama PT Rekayasa Industri
aku ingin punya pabrik penyulingan minyak nabati dan atsiri
aku ingin nerbitin buku
aku ingin jalan-jalan ke luar Negeri

Hobiku yang sekarang lagi rame yaitu nulis...!!!
Selain itu, maen game, tidur, nggambar, jalan-jalan, and many others

Semuanya,,,
Salam Kenalllll